Lencana Facebook

Sabtu, 09 Agustus 2014

Test posting via blackberry....

Baca Selengkapnya...

Test posting via blackberry....

Baca Selengkapnya...

Test posting via blackberry....

Baca Selengkapnya...

Sabtu, 04 Desember 2010



Aktivitas Gunung Bromo terus menunjukkan penurunan. Hal itu nampak dari pengamatan di pos pantau Gunung Bromo Cemoro Lawang, Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo.

Dalam pengamatan tersebut, selama enam jam hanya terjadi satu kali gempa vulkanik dangkal dengan amplituda maksimal 22 milimeter. Selain itu, gempa tremor juga masih berlangsung dengan amplituda 1,5 hingga 6 milimeter.

"Hasil itu didapat dari pengamatan mulai pukul 00.00 hingga 06.00 WIB," kata Agus Lukman, staf dari PVMBG Bandung , Kamis (04/12/2010).

Sedangkan kondisi visual Gunung Bromo saat ini masih terdapat asap kelabu kecoklatan setinggi 300 meter. Dan abu dari letusan minor Gunung Bromo masih berlangsung. Untuk saat ini, abu sedang ditiup angin ke arah timur tenggara atau ke Lumajang. Di kawasan tersebut saat ini mungkin sedang hujan abu.

Karena itu, dia mengimbau kepada masyarakat untuk menggunakan masker. Sebab, Abu dari Gunung Bromo mengandung belerang sehingga tidak baik untuk kesehatan.

Meski mengalami penurunan aktivitas, namun status gunung tereksotik di Jawa Timur ini tetap Awas. Dan rekomendasinya masih tetap.

"Status belum berubah masih tetap awas dan warga tetap dilarang mendekat dengan radius tiga kilometer dari kawah," terangnya. Termasuk juga kawasan wisata lautan pasir juga belum dibuka untuk wisatawan.


Gunung Bromo terus mengalami penurunan aktivitas. Status awas baru bisa diturunkan menjadi siaga jika Gunung Bromo sudah tidak ada gempa vulkanik dan gempa tremor maksimal satu milimeter.

Kondisi lain yang bisa mendukung penurunan status Gunung Bromo adalah berubahnya warna asap yang dikeluarkan menjadi putih. Keluarnya asap berwarna putih itu menunjukkan tekanan energi dari dalam mulai mengecil.



Sedangkan di Daerah Malang - Lapangan Udara TNI AU Abdulrachman Saleh Malang rencananya besok pagi akan kembali digunakan untuk penerbangan sipil. Penutupan ini dilakukan 5 hari lalu oleh Dirjen Perhubungan Udara dengan alasan abu vulkanik Gunung Bromo.

"Masa habis penutupan hari ini, yakni tanggal 4. Jadi mulai besok kembali normal," kata Kepala Dinas Operasi Lanud TNI AU Abdulracman Saleh Kolonel (pnb) Novyanto Widianto saat dihubungi, Sabtu (4/12/2010).

Dia menambahkan, telah mengirim hasil pengamatan terakhir sebagai rekomendasi ke Dirjen Perhubungan Udara tentang pemantauan kondisi lapangan udara. Hasilnya, diketahui abu vulkanik Gunung Bromo tidak lagi sampai ke lanud. Bahkan dari alat ukur intensitas debu yang dimilikinya, terlihat jauh di bawah ambang batas normal.

"Bisa dikatakan lanud kini telah clear dari debu vulkanik Gunung Bromo. Bahkan, kini tidak lagi terimbas," tuturnya.

Novyanto menegaskan, pihaknya telah menyampaikan kondisi terakhir Lanud
Abdulrachman Saleh ini kepada masing-masing maskapai. Selain mengirimnya ke
Dirjen Perhubungan Udara.

Sriwijaya Air salah satu maskapai yang menggunakan Lanud Abdulrachman Saleh untuk rute Malang-Jakarta dan sebaliknya. Mulai besok kembali membuka rute tersebut.

Kepala Distrik Sriwijaya Air Malang M. Yusri mengatakan, untuk sementara waktu seraya mengembalikan rute penerbangan sebelumnya dialihkan ke Juanda Surabaya. Pihaknya hanya membuka dua flight penerbangan pada Tanggal 5 dan 6 Desember 2010.

"Untuk besok dan lusa, kami hanya buka dua flight dengan kapasitas 90 penumpang," tuturnya saat dihubungi detiksurabaya.com.

Seperti diberitakan Lanud Abdulrachman Saleh Malang akhirnya menutup sementara wilayahnya untuk lalu lintas penerbangan sipil. Penutupan itu atas rekomendasikan Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan. Penutupan akan dilakukan hingga 4 Desember 2010.

Penutupan itu dilakukan karena abu vulkanik Gunung Bromo yang sudah menyebar hingga wilayah Malang, dikhawatirkan dapat mengganggu penerbangan sipil.



Namun, meski status Gunung Bromo masih awas, namun pesonanya tak pernah hilang. Gunung berapi yang sejak abad 20 sudah tiga kali meletus ini tetap menjadi sumber kehidupan bagi warga setempat. Bagi warga setempat, kondisi Gunung Bromo saat ini justru membawa keuntungan tersendiri. Letusannya membuat tanah pertanian makin subur.

Belum lagi keunikan asap belerang yang selalu keluar dari bibir kawah, membuat kawasan ini tak pernah sepi dari wisatawan. Empat daerah yang termasuk dalam kawasan Bromo adalah Probolinggo, Lumajang, Pasuruan, dan Malang, Jawa Timur.

Bromo berasal dari bahasa sansekerta yakni brahma yang berarti dewa utama menurut kepercayaan Hindu. Gunung Bromo berada di ketinggian 2.392 meter di tengah ngarai dan kaldera atau lautan pasir seluas 10 kilometer persegi.

Tiga kali Gunung Bromo meletus secara teratur, yaitu fase 30 tahun. Letusan terbesar terjadi pada 1974 dan 2004 saat letusan reaktif membuat debu dan asap mencapai 3.000 meter dari bibir kawah. Sejak 13 November silam, status Bromo menjadi awas dan kawasannya ditutup sementara, terutama untuk wisata
Baca Selengkapnya...

Kamis, 04 November 2010

Merapi Mountain



Mount Merapi, Gunung Merapi (literally Mountain of Fire in Indonesian/Javanese), is a conical volcano located on the border between Central Java and Yogyakarta, Indonesia. It is the most active volcano in Indonesia and has erupted regularly since 1548. It is very close to the city of Yogyakarta, and thousands of people live on the flanks of the volcano, with villages as high as 1700 m above sea level.
The name Merapi could be loosely translated as 'Mountain of Fire' from the Javanese combined words; Meru means "mountain" and api means "fire". Smoke can be seen emerging from the mountaintop at least 300 days a year, and several eruptions have caused fatalities. Hot gas from a large explosion killed 27 people on November 22 in 1994, mostly in the town of Muntilan, west of the volcano.[2] Another large eruption occurred in 2006, shortly before the Yogyakarta earthquake. In light of the hazards that Merapi poses to populated areas, it has been designated as one of the Decade Volcanoes.


On 25 October 2010 the Indonesian government raised the alert for Mount Merapi to its highest level and warned villagers in threatened areas to move to safer ground. People living within a 10 km (6 mile) zone were told to evacuate. Officials said about 500 volcanic earthquakes had been recorded on the mountain over the weekend of 23–24 October, and that the magma had risen to about a kilometre below the surface due to the seismic activity.[3] On the afternoon of 25 October 2010 Mount Merapi erupted lava from its southern and southeastern slopes.[4] Baca Selengkapnya...